Sunday, September 15, 2013

PSIKODIAGNOSTIK II: OBSERVASI



TRADISI MANGUPA PADA PASANGAN PERNIKAHAN
PEMULA MASYARAKAT PERANTAU TAPANULI SELATAN
(Pembahasan Jurnal)

            Setiap individu yang hidup dalam suatu wilayah atau komunitas pasti memiliki kebudayaan yang menjadi ritual pada acara tertentu. Ritual atau kebudayaan tersebut telah turun temurun diwariskan dan dilaksanakan dari generasi ke generasi. Misalnya saja dalam adat Jawa terdapat upacara siraman. Kebudayaan telah menjadi kebiasaan dan hal ini tentu sangat erat kaitannya dengan perilaku setiap individu. Menurut Berry (1999) dalam hal ini yang terpenting adalah bagaimana menganalisis budaya sebagai faktor penting yang tidak terlepas dari perilaku manusia. Hal itu dapat dilihat pada perilaku yang teramati dan ciri-ciri yang dapat disimpulkan sebagai output adaptasi budaya dan adaptasi biologis.
            Dalam adat istiadat Tapanuli Selatan dikenal upacara tradisi mangupa. Salah satu kondisi diberlakukannya tradisi mangupa adalah pada saat resepsi pernikahan. Masyarakat yang terlibat dalam tradisi mangupa saling berinteraksi secara langsung satu sama lainnya, ada yang memberikan doa dan nasihat dan ada yang diberikan doa dan nasihat. Tradisi yang memuat fungsi paulak tondi tu badan, nasihat, harapan dan doa, diasumsikan memiliki dimensi dan atau tema-tema psikologis yang mampu memotivasi pasangan pernikahan pemula menjadi pribadi yang matang.
            Masyarakat Tapanuli Selatan yang bermukim di Tapanuli Selatan, maupun di rantau begitu antusias dan merasa penting melaksanakan upacara mangupa bagi anak laki-lakinya yang memasuki masa pernikahan. Mereka sangat yakin bahwa upacara mangupa tersebut dapat meningkatkan kematangan individu bagi pasangan yang menikah. Kekuatan Petuah, harapan dan doa pada upacara mangupa merupakan media untuk menambah kekuatan batin yang sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan aspek-aspek psikologis khususnya kematangan individu bagi pasangan pengantin. Tradisi mangupa akan memberikan kekuatan terhadap tondi (semangat) untuk lebih meningkatkan kematangan individu pada masa yang akan datang. Hal ini seirama dengan pendapat Allport, bahwa individu-individu yang sehat dikatakan mempunyai fungsi yang baik pada tingkat rasional dan sadar. Menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan-kekutan itu juga[1].
            Fokus penelitian ini adalah tema-tema psikologis yang terkandung dalam tradisi mangupa yang diberikan kepada pasangan pernikahan pemula yang diharapkan termotivasi menjadi pribadi yang matang. Bentuk-bentuk motivasi menjadi pribadi yang matang bersumber dari kriteria pribadi yang matang menurut  Teori Allport. Terdapat tujuh kriteria menurut Allport[2]:

1.   Perluasan Perasaan Diri: individu matang mengembangkan perhatian ke luar diri sendiri.
2.  Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain: mampu memperlihatkan keintiman (cinta) dengan orang-orang terdekat.
3. Keamanan Emosional: mampu menerima dirinya dengan segala kelemahan dan kelebihannya, termasuk emosi yang dirasakan.
4. Persepsi Realistis: memandang dunia secara objektif, sedangkan individu neurosis mengubah realitas sesuai keinginannya.
5. Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas: pentingnya pekerjaan dan perlunya menengelamkan diri di dalamnya.
6.  Pemahaman Diri: menggambarkan dirinya secara objektif dan terbuka terhadap pendapat orang lain.
7.  Filsafat Hidup yang Mempersatukan: memiliki arah ke depan didorong oleh tujuan-tujuan dan rancana-rencana jangka panjang.

Hasil penelitian berupa tema-tema yang didapatkan dari tradisi mangupa, terdapat tujuh tema:
1.      Pemberian nasihat oleh orang tua,saudara dan harajaon.
2.      Penyampain doa dan harapan untuk hidup yang baik.
3.      Aktifitas fungsi kaulak tondi tu badan.
4.      Meningkatkan motivasi untuk menghadapi hidup
5.      Perasaan senang dan bahagia
6.      Merasa sangat disayangi dan menjadi pusat perhatian
7.      Perlengkapan mangupa merupakan simbol-simbol yang menjadi petunjuk

Berkaitan dengan hasil penelitian, telah dicapai satu kesimpulan tentang pengaruh tradisi mangupa terhadap motivasi menjadi pribadi yang matang dalam diri pasangan pernikahan bahwa:
1.  Terlihat pada adanya seluruh subjek masih mengingat pemberian rangkaian nasihat oleh unsur adat. Sembilan dari sepuluh subjek juga mengingat bahwa peangkat mangupa adalah symbol yang bermakna untuk nasihat kepada kehidupan mereka.
2. Terdapat juga hasil penelitian yang mengungkap persentase ciri kepribadian yang matang dalam diri subjek setelah mengikuti tradisi mangupa. Diantara sepuluh subjek terdapat dua subjek yang mampu beradaptasi sebanyak 100% berkaitan dengan meningkatnya ciri kepribadian dalam dirinya, yaitu subjek 2 dan 3. Rata-rata persentase ciri kepribadian yang matang dari sepuluh subjek penelitian adalah 77.55%.. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kematangan mereka setelah mengikuti tradisi mengupa termasuk kategori baik atau tinggi.
3.  Setelah mengikuti tradisi mangupa, mereka cenderung menjadi lebih memperhatikan kepentingan orang lain sejalan dengan kepentingan pribadi.
4.  Dalam hal tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas sehari-hari, subjek penelitian juga mengalami peningkatan. Seluruh subjek (100%) bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya, 80% mengerjakan tugasnya hingga selesai.
5. Berkaitan dengan informan atau orang tua juga menjelaskan peningkatan motivasi menjadi pribadi yang matang secara signifikan. Orang tua yang setiap hari dapat mengamati kehidupan dan perkembangan mereka sehari-hari, memberikan informasi yang korelatif terhadap perkembangan kematangan subjek penelitian.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi mangupa yang diberikan kepada pasangan pernikahan pemula memiliki pengaruh dalam memotivasi mereka menjadi pribadi yang matang.

Adapun saran untuk penelitian ini:
1. Kepada masyarakat Tapanuli Selatan agar melestarikan budaya atau tradisi mangupa dalm setiap pernikahan anak laki-lakinya.
2. Penelitian ini tidak terlalu detail menjelaskan kriteria kepribadian yang matang menurut Allport.
3. Jika bentuk-bentuk motivasi menjadi pribadi yang matang bersumber dari kriteria pribadi yang matang menurut Allport, kriteria yang mana dan apa saja yang sudah dicapai oleh subjek setelah mengikuti tradisi mangupa ini. Hal ini tidak dijelaskan dalam penelitian.
Sumber:
Hidayat, Bahril., (2005). Tradisi Mangupa pada Pasangan Pernikahan Pemula dalam Masyarakat Perantau Tpanuli Selatan. Jurnal Psikologi Sosial, Vol. 11, No. 02, 64-74, Januari 2005.


No comments:

Post a Comment