Thursday, November 21, 2013

REVIEW HRM

TRAINING EMPLOYEES

Pada pertemuan lalu kita telah membahas mengenai apa itu training dan development serta perbedaannya. Sedikit refresh bahwa training adalah upaya yang terencana untuk memungkinkan karyawan mempelajari pengetahuan dengan pekerjaan dan keterampilan saat ini. Mengenai apa perbedaannya antara training dan development sudah dijelaskan di postingan yang lalu..
Training merupakan suatu investasi yang sangat penting, mengapa penting ?? karena berinvestasi untuk meningkatkan berkali lipat nilai, mutu dan kompetensi seseorang. Oleh sebab itu perlu adanya TNA (Training Need Analysis) yang terukur dengan baik. TNA ini adalah pengukuran yang dilakukan sebelum training, bisa dengan kuesioner, wawancara dsb.
Pengukuran TNA dilakukan dengan performance appraisal à assessment antara pekerjaan dengan individu (person/people) terdapat FIT atau GAP. Bicara soal performance dalam suatu sistem organisasi akan selalu ada yang namanya penilaian performance yang biasanya diukur 1x atau 2x dalam setahun.
Dalam performance terdapat KPI (Key Performance Indicator):
1.      Value: kedekatan dan kecintaan dengan organisasi, se-value maka ada yang namanya engagement (kelekatan dan identik dengan organisasi tertentu). Value ini juga termasuk soft competence karyawan. Dalam inidikator ini ada soft competence dan engagement. Soft competence bisa diukur menggunakan 360˚
2.      Job Tasking: dilihat dari job desknya, apakah karyawan melakukan sesuai dengan yang diminta oleh perusahaan. Dalam job tasking ini sifatnya adalah daily (setiap hari). Perusahaan hanya melihat hasil akhir, apakah sesuai dengan tugas atau tidak
3.      Planning vs Actual: setiap tahun perusahaan membuat planning (perencanaan). Misalnya, tahun ini karyawan yang harus didapat dalam seleksi dan rekrutmen sebanyak 50 orang maka tahun depan 100 orang. Namun bagian HRD tidak menyanggupi itu, maka HRD akan mencari 50 orang dan sisianya dibantu oleh konsultan. Maka rencana perusahaan tersebut adalah mengumpulkan daftar kinsultan mana yang akan dituju.

Didalam TNA terdapat performance appraisal berupa assessment, jika dibandingkan dengan SR (Seleksi dan Rekrutmen) ada persamaan dan perbedaannya:
1.      Persamaan: sama-sama ada penilaian (assessment)
2.      Perbedaan: perbedaannya terletak pada à input-proses-output
ü  SR:
·         Input: dalam seleksi dan rekrutmen inputnya adalah individu dengan kesesuaian value perusahaan dan juga keterampilannya dan inputnya orang luar.
·         Proses: SR melalui proses seleksi dokumen, tes kepribadian, wawancara, dsb
·         Ouput: output dari SR adalah Yes/No, diterima atau ditolah
ü  TNA:
·         Input: yang dinilai adlah orang dalam, maksudnya yang telah menjadi karyawan
·         Proses: kesesuaian dengan pekerjaan apakah FIT atau ada GAP
·         Output: penilaian apapun diterima à disesuaikan jika ada GAP (-) maka akan dilakukan training, development or others jika FIT/ GAP (+) akan dilakukan rotasi pekerjaan atau promosi.

Pefomance individu ada alat ukurnya:
1.      Model Behaviourally Anchored Rating Scales (BARS):
·         Model BARS berfokus pada keahlian.
·     Dalam model Behaviourally Anchored Rating Scales (BARS), kemampuan yang diperlukan dalam suatu jenis pekerjaan tertentu diidentifikasi melalui proses analisis posisi pekerjaan, sehingga tercapai sebuah standar, biasanya proses dilakukan dengan bantuan ahli industri. Contoh: Jenis pekerjaan yang sudah memiliki standar perilaku, pekerja survei telepon (panggilan telepon per jam)

2.      Model Management by Objectives (MBO):
·         MBO berfokus pada tujuan
·         Melibatkan atasan dan karyawan dalam situasi yang seimbang (50-50) untuk menentukan tujuan, bukan menentukan jenis aktivitas yang dilakukan.
3.      Pendekatan 360 derajat:
·         Pendekatan 360 derajat melibatkan serangkaian pengamatan.

·      Pendekatan ini memungkinkan anggota organisasi untuk menerima masukan mengenai kinerja mereka, secara anonim, oleh semua pihak yang terpengaruh oleh kinerja anggota tersebut: Atasan, rekan kerja, bawahan, subkontraktor, pelanggan, dsb.



Thursday, October 24, 2013

HRM

    Overview of Human Resource Planning Process

     A.      Bagan sebelah kiri berbicara mengenai permintaan perusahaan karyawan, maka diperlukan kemampuan dasar dalam HR (Human Resource Basic). HR basic ini terdiri dari dua aspek, yaitu: Management dan HR Function, digunakan untuk menganalisa dan melakukan fungsi yang didalamnya membahas tentang:

1.      Target
2.      Job spec
3.      Job desc (role and responsibility)


Lalu dilanjutkan dengan menjalankan fungsinya untuk mengevaluasi pekerjaan (job evaluation). Setiap jabatan dalam pekerjaan akan dikuantifikasikan perbedaannya, mengukur berat/beban disemua jabatan dalam pekerjaan dengan memberikan standarisasi penilaian pekerjaan.


Work Load Analysis (Analisis Beban Kerja) dan Remunerasi
Analisis beban kerja menyangkut bagaimana HR menemukan masalah yang ada dalam suatu divisi dan penyelesaiannya. Apakah ada masalah personal antar anggota divisi atau tidak sehingga membuat beban kerja menjadi tidak seimbang. Seorang HR harus jeli melihat hal-hal kecil seperti adanya like/dislike sesame karyawan yang akan membuat dinamika pekerjaan
menjadi lambat atau tidak berjalan lancar.
Remunerasi atau Compensation and Benefit, dari serangkaian analisis pekerjaan, evaluasi pekerjaan dan analisis beban kerja kita bisa menentukan gaji seseorang. Karena perkembangan teknologi semakin modern bisa ditambah dengan HRIS (Human Resource Integrated System) yaitu untuk memudahkan mendata karyawan mengenai gaji awal, gaji akhir, rumah, istri, anak record sakit dll

      B.      Bagan sebelah kanan berbicara kebutuhan perusahaan kemungkinan untuk mengembangkan maka dalam pembahasannya akan dikupas mengenai training dan development


                                                               
Steps in selection process
      1.      Screening Applications and Resumes, menyaring CV yang masuk.
      2.      Testing & Reviewing work samples, melakukan tes pada calon tenaga kerja 
      3.      Interviewing Candidates, mewawancarai calon tenaga kerja yang sudah lulus tes
      4.      Checking References and Background, memeriksa calon tenaga kerja dengan menghubungi perusahaan      tempat bekerjanya yang dulu dan latar belakang calon tenaga kerja tersebut.
      5.    Making a Selection, setelah mendapatkan keterangan mengenai calon tenaga kerja, maka dapat diambil keputusan apakah dia diterima atau tidak

Saturday, October 19, 2013

Psikologi dalam Manajemen SDM

Helloo guys.. posting kali ini saya akan membahas mengenai review kuliah SDM yang seruuuu bangeet !! hehehe.. Iya, jadi pertemuan terakhir sebelum UTS Mas Seta (dosen) mengajak kami untuk kuliah di luar kelas tepatnya di halaman kampus dan seruu banget karena bukan hanya dari fakultas psikologi saja tapi juga ada dari fakultas ekonomi jadi kita bisa saling mengenal, berbaur dan mengakrabkan diri. Kegiatan outdoori ini bisa disebut outbound kecil dan berkesan sekalii..
Saya menyebut acara itu dengan sebutan/tema Together Brighter hehe.. maknanya adalah bersama-sama kita akan menuju hari yang lebih cerah. Hari yang lebih cerah ini adalah kiasan dari kekuksesan, prestasi dan nama baik yang dimiliki berkat kerjasa sama yang kompak satu tim.
Dalam kegiatan outdoor tsb banyak sekali game yang memiliki lesson learn berkaitan dengan organisasi atau kerja tim. Salah satunya permainan mengangkat teman kita yang tiduran seperti gambar dibawah ini namun dengan level ketinggian yang berbeda. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap anggota tim memiliki tanggung jawab yang sama yaitu untuk memikul berat badan temannya, jika tidak seimbang maka teman kita bisa jatuh.
Banyak sekali permainan yang diberikan oleh Mas Seta, bukan  sekedar permainan namun sangat bisa dimaknai dalam berorganisasi dan kerja tim. Permainan lainnya meliputi, rumah tupai yang mengalami kebanjiran, kebakaran dll, memasukkan lingkaran tali dengan tangan berpegangan dari baris depan hingga belakang dan yang sangaaat berkesan adalah saat permainan lempar bola ke sebelah kiri dengan serempak. Game ini sangat berkesan karena saya dan kelompok berhasil menemukan metode dimana cara kami adalah cara yang rapiih karena bolanya tidak melayang tinggi dan dengan game ini kami memberi kepercayaan pada teman sebelah kanan kami sebagai pelempar bola untuk melempar tidak terlalu jauh dari area lingkaran.
Pesan yang dapat diambil adalah layaknya dalam satu tim atau organisasi kita memiliki rasa saling percaya, rasa tidak ingin mengecewakan, rasa kepedulian, membina teman yang lemah atau belum mahir dalam keahlian. Karena hal ini penting dalam berkembangnya tim tersebut.. seperti kegiatan outdoor kemarin, tim yang kompak, taat pada pimpinan, saling percaya dan membina temannya yang belum bisa maka mereka menjadi pemenang permainan.

Dunia ini ibarat permainan, maka kita harus tahu aturan mainnya seperti apa dan patuhi, pemain yang curang juga bisa menjadi pemenang tapi mereka tidak akan bertahan lama. Begitu ketahuan mereka akan langsung dicoret ! jika kita “bermain” dengan jujur, sesuai aturan dan menjalin kekompakan pasti akan bisa menjadi pemenang dan hari esok yang cerah akan menjadi milik kita.. saya sangat senang mengikuti kuliah ini. Terimakasih Mas Seta telah memberikan pelajaran yang berharga. It means so much for me J

Thursday, October 17, 2013

HRM

Analyzing Work and Designing Jobs
            Pembahasan kali ini mengenai matakuliah Psikologi dalam Manajemen SDM terkait dengan analisis pekerjaan apa saja yng menjadi cakupan HRM. Sebelum masuk ke inti pembahasan maka kita refresh dahulu mengenai organisasi dan HRM.
Organisasi à meliputi Visi Misi, struktur, job desc, kompetensi
                        HRP (Human Resource Planning)
HRM à meliputi rekrutmen, seleksi, kompetensi dan benefit, industrial relationship, administratif. Dimana cakupan ini semua tetap mengacu pada fungsi utama yaitu HRM as strategic partner, advocate, administrative, change agent
Dalam pengerjaannya Human Resource Management meliputi:
      1.      Recruitment and Selection
·         Posisi ini baik untuk individu dengan latar belakang ilmu psikologi dan management
·         Seleksi meliputi seleksi administratif yaitu mengecek file yang dilampirkan oleh pelamar, cek sesuai kebutuhan, kemudian pelamar dipanggil, diberi tes psikologi, wawancara, dan kemudian mengatur jadwal untuk bertemu lagi untuk menegosiasikan hal-hal yang dirasa perlu seperti gaji dan job rotationnya.
·         Recruitment ini bergantung pada jenis perusahaan dan besar kecilnya perusahaan. Bagi perusahaan yang masih kecil rekrutmen bisa dilakukan sendiri oleh owner ke rumah-rumah untuk menanyakan konfirmasi pelamar. Bagi perusahaan yang tidak kuat dalam aspek training and developmentalnya maka seleksi dan rekrutmennya yang harus diperketat
       2.      Training and Development
·         Dalam masa percobaan 3-6 bulan karyawan direkrut ada yang namanya on the job training yaitu pelatihan dalam percoban kerja. Selama individu dalam masa percobaan kerja sudah termasuk pelatihan keahlian.
·         Perusahaan jenisnya beragam, ada yang memperhitungkan aspek pelatihan dan pengembangan ada juga yang tidak.  Perusahaan yang menggunakan management training punya “sekolahan” sendiri dalam perusahaannya seperti Bakrie Learning Center. Dalam management training ini ada posisi sebagai operasional training meliputi: budgeting, evaluasi, efektivitas pelatihan, organizing place and people.
       3.      Organisational Development
·         Perusahaan yang memiliki bagian organizational development bisa dikatakan masuk dalam kategori perusahaan menengah ke atas (cukup besar)
·         Organizational development ini terkait perubahan dalam organisasi (ekspansi)
·         OD tidak harus ada bisa digantikan dengan project management, project management ini ada pada saat-saat tertentu saja
       4.      Payroll (kompensasi dan benefit)
·         Posisi ini ditempati oleh individu dengan latar belakang ilmu Finance dan Management
·         Payroll ini terkait dengan struktur pembayaran, individu yang ada dalam posisi ini sangat mahir dalam keuangan dan keahlian mengoperasikan ms.exel
       5.      Industrial Relationship

·         Posisi ini terkait bagaimana memahami hukum dan cara bernegosiasi

Monday, October 7, 2013

Analisis Jurnal Observasi

  
    4.      HUBUNGAN SEKSUAL LANSIA PRIA YANG TELAH KEHILANGAN PASANGANNYA
Penelitian ini berasal dari Jepang dimana memiliki budaya dan  latar belakang sosial kehidupan seksual lansia dianggap negatif dan tidak dihormati (Backer, 1984; Yoshizawa, 1986). Selain itu lansia ditempatkan pada tingkat yg rendah dalam tangga sosial dan dianggap tidak kompeten. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencermati perilaku seksual laki-laki lansia dan pandangan mereka tentang perilaku seksual tersebut.
Subjek penelitiannya adalah 3 orang duda berusia diatas 60 tahun dengan karakteristik tetap menduda tetapi memiliki hubungan seksual saat ini dan subjek tinggal dipinggir kota Tokyo dan kota besar di Osaka. Penelitian lain menyebutkan bahwa kesehatan seksual merupakan komponen penting untuk meningkatkan kualitas hidup dan itu terkait dengan fungsi dan hasrat (Montreal Deklarasi, 2005).
Fungsi sexual yg disadari dg baik membawa kepuasan secara fisik dan keberadaan pendamping wanita dapat meningkatkan self-esteem pria. Hasil menunjukkan bahwa memiliki pasangan seksual wanita membawa semangat tinggi yang dapat membuat perasaan bahagia kepada lansia.

    5.      Memperkecil Frekuensi Membolos melalui Konseling Pribadi Diri
Tujuan penelitian adalah ingin mengatahui efektifitas konseling pribadi dapat memperkecil frekuensi membolos konseli pada semester ganjil tahun 2009/2010 di SMA Islam Lumajang. Sampel sebanyak 5 orang masing-masing konseli memiliki frekuensi membolos sebanyak 14,14,15,10 dan 18 kali.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, dan wawancara. Konseling pribadi dapat memperkecil frekuensi membolos pada semester 1 tahun pelajaran 2009 / 2010 di SMA Islam Lumajang. Faktor penyebab konseli sering membolos yaitu ada kesamaan kesenangan dengan konseli yang sering membolos, faktor keluarga, akibat pergaulan (ikut-ikutan), belum ada stabilitas tangung jawab terhadap peran diri sebagai pelajar, kurang mendapatkan perhatian guru saat kegiatan pembelajaran, kurang mendapatkan perhatian dari keluarga.

      6.      Pelatihan Regulasi Emosi untuk MenurunkanPerilaku Agresif pada Anak
Maraknya perilaku agresif pada anak saat ini banyak terjadi di Indonesia. Anak-anak tidak mengenal arti agresif, akan tetapi mereka sering melakukannya. Bentuk-bentuk agresif yang ditampilkan antara lain: menghina, menolak melakukan tugas, melempar barang, mencubit, menendang, mendorong untuk mendapatkan keinginan, mengganggu teman, memukul, mudah marah dan berkelahi serta usil (Elisabeth, 2007).
Penelitian ini dilakukan untuk mencari tahu Apakah pelatihan regulasi emosi dapat menurunkan perilaku agresif pada anak masa sekolah kelas V SD yang berusia 10 tahun?. Subjek penelitian berjumlah dua orang siswa  laki-laki sekolah dasar berusia 10 tahun yang berperilaku agresif.
Penelitian ini menggunakan perilaku agresif anak sekolah sebagai objeknya, maka peneliti melakukan observasi dengan mengamati dan mengukur perilaku agresif anak kelas V SD yang berusia 10 tahun. Perilaku yang akan diamati adalah perilaku agresif fisik dan verbal yang bersifat terbuka atau tampak. Hasil menunjukkan bahwa pelatihan regulasi emosi dapat menurunkan perilaku agresif pada subjek penelitian ini, yaitu anak kelas V SD, berusia 10 tahun dan melakukan perilaku agresif fisik serta agresif verbal.

Psikodiagnostik II: Observasi


    1.   Efektivitas Metode Bermain Peran (Role Play) Untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Pada Anak
Dalam penelitian kali ini peneliti melihat bahwa banyak anak yang belum mampu melakukan kemampuan berkomunikasi yang sesuai dengan tahap perkembangannya oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui cara komunikasi pada anak. Peneliti memakai metode bermain peran sebagai intervensinya yang kemudian akan dilihat apakah terdapat perbedaan perbedaan keterampilan komunikasi pada anak yang diberikan perlakuan metode bermain peran (role play) dengan anak yang tidak diberikan perlakuan metode bermain peran.
Keterampilan komunikasi yang dinilai ada tiga menurut Santrock (2007), yaitu keterampilan berbicara, keterampilan mendengar, keterampilan berkomunikasi secara non verbal. Observasi awal dilakukan untuk melihat anak yang memiliki komunikasi dibawah rata-rata. Subjek penelitiannya adalah siswa-siswi kelas B PAUD IT Durratul Islam Ngablak Magelang. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi dengan metode Child Behaviour Checklist (CBCL).
Hasil menunjukkan terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan pada keterampilan komunikasi antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada saat setelah diberi perlakuan. Jadi, metode “Bermain Peran (Role Play)” efektif untuk meningkatkan keterampilan komunikasi pada anak.

   2. Mengurangi Kecemasan Konseli Mengikuti Ujian Nasional Melalui Konseling Kelompok Dengan Strategi Relaksasi

Menghadapi ujian nasional, banyak permasalahan yang akan dihadapi oleh konseli untuk itu penelitian ini bertujuan membantu konseli mengatasi masalah kecemasan menghadapi ujian, juga untuk meningkatkan aktivitas konseli dalam layanan konseling kelompok.
Relaksasi adalah salah satu tehnik dalam terapi perilaku. Menurut pandangan ilmiah, relaksasi merupakan perpanjangan serabut otot skeletal, sedangkan ketegangan merupakan kontraksi terhadap perpindahan serabut otot (Beech, 1982). Manfaat relaksasi sangat banyak diantaranya relaksasi akan membuat individu lebih mampu menghindari reaksi yang berlebihan karena stres, masalah-masalah yang berhubungan dengan stres seperti hipertensi, sakit kepala, insomnia, dapat dikurangi atau diobati dengan relaksasi serta dapat mengurangi tingkat kecemasan.
Penelitian ini dilakukan pada konseli kelas IXA SMP Negeri 1 Jatiroto yang mengalami kecemasan sejumlah 12 orang terdiri 4 orang konseli laki-laki dan 8 orang konseli perempuan. Dapat disimpulkan dari penelitian ini bahwa konseling kelompok dengan strategi relaksasi dapat membantu konseli mengatasi masalah kecemasan juga dapat meningkatkan aktivitas dalam layanan konseling kelompok.

  3.PENGARUH PROGRAM “EMPATI PLUS” TERHADAP KEPERCAYAAN INTERPERSONAL PECANDU NARKOBA
Pengguna narkoba di indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Dalam penelitian kualitatif didapatkan bahwa perasaan tidak diperhatikan dan kehilangan kasih sayang merupakan suatu penghambat dalam proses penyembuhan mereka. Salah satu pendekatan psikologis yang biasanya diaplikasikan adalah konseling. Konselor merupakan faktor penting dalam kegiatan konseling. Hubungan yang baik antara konselor dan klien sangat dibutuhkan demi tercapainya tujuan konseling, salah satu indikatornya adalah kepercayaan klien kepada konselor, dalam hal ini kepercayaan interpersonal.
Sebelum melakukan konseling, para konselor diberi pelatihan atau semacam workshop selama satu hari mengenai empati plus yang dalamnya mencakup empati, mendengarkan aktif, relaksasi, dan deteksi emosi kepada para konselor rehabilitasi narkoba., lalu setelah itu para konselor melakukan konseling maka peneliti ingin mengetahui Apakah kepercayaan klien kepada para konselor akan meningkat seiring dengan pelaksanaan program empati plus dalam proses konseling?.
Subjek penelitian Enam orang pekerja sosial yang bertugas sebagai konselor TC dari panti rehabilitasi ketergantungan narkoba dan dua puluh orang klien yang menjadi responden untuk mengetahui kepercayaan interpersonal klien terhadap konselor .

Hasilnya menunjukkan terjadinya peningkatan kepercayaan interpersonal klien terhadap konselor TC setelah dilakukannya intervensi meskipun peningkatan yang terjadi tidak terlalu tinggi.

Sunday, September 22, 2013

     
Lanjutan Review Jurnal...


      1.      Subjective Well-Being Anak Dari Orang Tua Yang Bercerai
·         Masalah penelitian: Bagaimana dinamika psikologis subjective well-being yang terjadi pada anak dari orang tua yang bercerai?
·         Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika psikologis subjective wellbeing anak dari orang tua yang bercerai.
·         Hasil menunjukkan bahwa keadaan subjective well-being subyek sebelum perceraian orang tuanya memiliki tingkat yang cenderung rendah. Setelah perceraian terdapat dua kondisi yaitu, menggambarkan subjective well-being yang masih memiliki kecenderungan rendah dan yang kedua sudah terjadi peningkatan kualitas subjective well-being menjadi lebih baik.
·         Sumber: Jurnal Psikologi Volume 35, No. 2, Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada

      2.      Analisis Gender pada Iklan Televisi dengan Metode Semiotika
Masalah penelitian ini adalah Apakah iklan berimplikasi pada pengukuhan kembali nilai gender streotipe bila iklan yang bersangkutan memuat ideologi gender yang seksis?
Dalam penelitian ini iklan yang digunakan ada dua yaitu Iklan Pond’s White Beauty baru dan iklan Rinso. Peneliti melakukan observasi terhadap iklan-iklan yang ditayangkan untuk mendapatkan gambaran tentang iklan-iklan itu sendiri dan juga menggunakan metode semiotika yaitu studi tentang tanda yang berusaha untuk mencari makna ideologis dari suatu teks.
Hasilnya iklan Pond’s White Beauty merepresentasikan ideologi gender yang seksis, dimana perempuan diletakkan pada posisi subordinat yang harus memenuhi keinginan laki-laki agar tubuhnya diinginkan oleh laki-laki. Produsen (pengiklan) sengaja menciptakan citra kecantikan ideal ini agar dipakai oleh calon konsumen sebagai standar kecantikan pribadi calon konsumennya. Sementara iklan Rinso mempresentasikan kebahagiaan yang akan diperoleh oleh pasangan yang mau berbagi tugas rumah tangga diasosiasikan dengan kualitas produk Rinso itu sendiri.

      3.      Studi Kasus: Dampak Psikososial Enuresis Pada Remaja Putri
 Enuresis adalah arti dari mengompol, namun dalam penelitian ini yang mengalami enuresis bukan lah anak balita melainkan anak remaja. Sehingga masalah penelitiannya adalah Bagaimana dampak psikososial enuresis pada remaja putri?
Subjek penelitian ini adalah remaja putrid yang berusia 13 tahun, adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dari dampak psikososial enuresis pada remaja putri, apakah ada faktor yang mempengaruhi dalam keseharian dalam kualitas hubungan subjek dengan orang tua, saudara dan teman sekolah.
Penelitian ini memiliki desain kualitatif, metode pengumpulan data dengan wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan terhadap orang tua, saudara, teman, guru kelas dan guru BK. Sedangkan observasi berupa anecdotal record, bertujuan untuk mengetahui aktifitas dan interaksi subjek dengan anggota keluarga dirumah, mengetahui aktivitas dan interaksi subjek dikelas dengan guru dan teman, dan mengetahui perilaku yang berkaitan dengan permasalahan subjek di kelas dan di luar kelas.
Hasil menunjukkan bahwa terdapat dampak psikososial yaituHubungan dg orang tua yg tidak sedekat saudara-saudaranya, mendapat labeling di rumah, ekspresi verbal yg cenderung kasar, orang tua beranggapan subjek semaunya sendiri dan susah diatur, sering mendapat ejekan di sekolah.


Sumber: http://fpsi.unissula.ac.id/images/7setiowati.pdf