1. Efektivitas Metode Bermain Peran
(Role Play) Untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Pada Anak
Dalam penelitian
kali ini peneliti melihat bahwa banyak anak
yang belum mampu melakukan kemampuan berkomunikasi yang sesuai dengan tahap
perkembangannya oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui cara komunikasi pada anak. Peneliti memakai
metode bermain peran sebagai intervensinya yang kemudian akan dilihat apakah
terdapat perbedaan perbedaan keterampilan komunikasi pada anak yang diberikan perlakuan metode bermain peran (role play) dengan anak yang tidak diberikan perlakuan metode bermain peran.
Keterampilan
komunikasi yang dinilai ada tiga menurut Santrock (2007), yaitu keterampilan berbicara, keterampilan mendengar, keterampilan
berkomunikasi secara non verbal. Observasi awal dilakukan untuk melihat anak
yang memiliki komunikasi dibawah rata-rata. Subjek penelitiannya adalah siswa-siswi kelas B PAUD IT Durratul Islam Ngablak
Magelang. Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan observasi dengan metode Child Behaviour Checklist
(CBCL).
Hasil menunjukkan
terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan pada keterampilan komunikasi
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada saat setelah diberi
perlakuan. Jadi, metode “Bermain Peran (Role
Play)” efektif untuk meningkatkan keterampilan komunikasi pada anak.
2. Mengurangi Kecemasan Konseli Mengikuti Ujian Nasional Melalui Konseling
Kelompok Dengan Strategi Relaksasi
Menghadapi
ujian nasional, banyak permasalahan yang akan dihadapi oleh konseli untuk itu
penelitian ini bertujuan membantu konseli mengatasi masalah kecemasan
menghadapi ujian, juga untuk meningkatkan aktivitas konseli dalam layanan
konseling kelompok.
Relaksasi
adalah salah satu tehnik dalam terapi perilaku. Menurut pandangan ilmiah,
relaksasi merupakan perpanjangan serabut otot skeletal, sedangkan ketegangan
merupakan kontraksi terhadap perpindahan serabut otot (Beech, 1982). Manfaat relaksasi
sangat banyak diantaranya relaksasi akan membuat individu lebih mampu
menghindari reaksi yang berlebihan karena stres, masalah-masalah yang
berhubungan dengan stres seperti hipertensi, sakit kepala, insomnia, dapat
dikurangi atau diobati dengan relaksasi serta dapat mengurangi tingkat
kecemasan.
Penelitian
ini dilakukan pada konseli kelas IXA SMP Negeri 1 Jatiroto yang mengalami
kecemasan sejumlah 12 orang terdiri 4 orang konseli laki-laki dan 8 orang
konseli perempuan. Dapat disimpulkan dari penelitian ini bahwa konseling
kelompok dengan strategi relaksasi dapat membantu konseli mengatasi masalah
kecemasan juga dapat meningkatkan aktivitas dalam layanan konseling kelompok.
3.PENGARUH PROGRAM “EMPATI PLUS” TERHADAP KEPERCAYAAN INTERPERSONAL PECANDU
NARKOBA
Pengguna
narkoba di indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Dalam penelitian kualitatif
didapatkan bahwa perasaan tidak diperhatikan dan kehilangan kasih sayang
merupakan suatu penghambat dalam proses penyembuhan mereka. Salah satu
pendekatan psikologis yang biasanya diaplikasikan adalah konseling. Konselor
merupakan faktor penting dalam kegiatan konseling. Hubungan yang baik antara konselor dan klien sangat dibutuhkan demi
tercapainya tujuan konseling, salah satu indikatornya adalah kepercayaan klien
kepada konselor, dalam hal ini kepercayaan interpersonal.
Sebelum melakukan
konseling, para konselor diberi pelatihan atau semacam workshop selama satu hari mengenai empati plus yang dalamnya
mencakup empati, mendengarkan aktif, relaksasi, dan deteksi emosi kepada para
konselor rehabilitasi narkoba., lalu setelah itu para konselor melakukan
konseling maka peneliti ingin mengetahui Apakah kepercayaan klien kepada para
konselor akan meningkat seiring dengan pelaksanaan program empati plus dalam
proses konseling?.
Subjek penelitian Enam orang pekerja sosial yang bertugas sebagai
konselor TC dari panti rehabilitasi ketergantungan narkoba dan dua puluh orang
klien yang menjadi responden untuk mengetahui kepercayaan interpersonal klien
terhadap konselor .
Hasilnya menunjukkan terjadinya peningkatan kepercayaan
interpersonal klien terhadap konselor TC setelah dilakukannya intervensi meskipun peningkatan yang terjadi tidak terlalu tinggi.
No comments:
Post a Comment