Saturday, September 21, 2013

Psikodiagnostik II: Observasi


Review Jurnal-Jurnal

          Well,, berhubung dari semester sebelumnya sudah banyak tugas mengenai pembahasan jurnal dan di semester ini saya akan lebih sering lagi membahas jurnal maka kali ini saya akan me-review nya…. Membahas jurnal sangat banyak manfaatnya, kita menjadi lebih terbuka mengenai pengetahuan baru, bagaimana design diterapkan dalam penelitian dan yang menariknya jurnal adalah ringkasan atau bentuk sederhana dari skripsi. Maka kita dengan membaca ringkasannya diharapkan terlatih kepekaan kita untuk memprediksi bagaimana skripsinya… Menarik kaaan.. makanya harus sering baca jurnal !!..

      1.      Seksualitas Remaja Autis pada Remaja Autis
Berdasarkan DSM IV (2000, h. 75), gangguan autistik didefinisikan sebagai gangguan perkembangan dengan tiga ciri utama, yaitu gangguan pada interaksi sosial, gangguan pada komunikasi, dan keterbatasan minat serta kemampuan imajinasi, yang gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia tiga tahun.
Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan seksualitas  remaja autis pada masa puber. Dalam penilitian ini, pemahaman seksualitas yang digunakan peneliti yakni berupa perubahan perilaku yang dipengaruhi oleh kognisi, dan perubahan afeksi atau emosional yang berhubungan dengan dorongan maupun hasrat seksual.
Rumusan Masalah:
a.      Bagaimanakah ekspresi seksual dan perilaku seksual yang ditampakkan oleh remaja autis?
b.      Bagaimana peran orang tua, guru, dan terapis sebagai caregiver terkait dengan datangnya masa puber ?
c.       Bagaimana lingkungan atau masyarakat sekitar merespon perilaku seksual yang ditampakkan remaja autis?
d.      Bagaimana pemberian pendidikan seksualitas remaja autis secara tepat ?
Jawaban dari masalah yang dirumuskan:
a.      Keterbatasan yang dimiliki individu autis menyebabkan remaja autis sulit untuk memahami keinginan seksual dan menunjukkan perilaku yang semakin memburuk seperti destructiveness dan lebih berperilaku agresif.

b.      Guru dan terapis sebagai pengajar dan pendidik di sekolah memiliki peranan membantu orangtua anak autis agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungan serta berperilaku secara tepat, namun peran guru dan terapis tersebut kurang dipahami orangtua sehingga kurangnya pemberian pengajaran ulang di rumah tentang pendidikan seksual dan kurang adanya komunikasi tentang seksualitas yang terjalin antara orangtua dan remaja autis.

c.       Keterbatasan yang dimiliki penyandang autis dan kurangnya pemahaman akan seksualitas pribadi yang dimiliki remaja autis direspon oleh lingkungan atau masyarakat bahwa anak autis mengalami penyimpangan perilaku seksual dan tidak memiliki rasa malu karena dianggap tidak sesuai dengan perilaku yang normatif dalam masyarakat.

d.      Perilaku memainkan alat kelamin atau masturbasi yang cenderung dilakukan anak autis pada masa puber terjadi karena kurangnya pemahaman atas impuls yang dirasakan dan cara melakukan kontrol terhadap perilaku yang menyertainya. Rendahnya kemampuan kognitif dan usia mental yang dimiliki anak autis bila dibandingkan dengan anak pada umumnya, juga adanya stigma dalam masyarakat bahwa pembicaraan seksualitas cenderung dianggap hal yang masih tabu karena mengarah ke hubungan seksual, membuat caregiver anak autis cenderung kurang memberikan perhatian dalam pemberian kontrol perilaku terhadap dorongan seksual, tetapi caregiver cenderung lebih mengajarkan perilaku yang normative dalam masyarakat. Padahal pengajaran dan pemberian kontrol perilaku terhadap dorongan seksual merupakan sesuatu yang penting dan patut untuk diperhatikan.
Dalam pembahasan jurnal ini, dosen saya bertanya bagaimana cara observasinya ? dan apakah penelitian ini melanggar kode etik atau tidak ? Untuk itu kita harus tahu dahulu apa saja yang termasuk dalam kode etik meneliti:
1.      Menghindari perasaan menyakiti/tidak nyaman pada subjek secara fisik dan psikologis.
2.      Jika kiranya terdapat hal yang akan mengganggu kenyamanan subjek maka lakukan deBrief kepada subjek, yaitu penjelasan mengenai maksud dan tujuan peneliti.
3.      Menyampaikan izin kepada subjek/orang tua subjek terkait pengambilan gambar dan perekaman suara.
4.      Peneliti tidak diperkenankan mempublikasi identitas subjek, kecuali diperbolehkan oleh subjek itu pun harus menggunakan inisial.

      2.      Presentasi Diri dan Desepsi dalam Komunikasi Media Komputer Pada Pengguna Internet Relay Chat
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang bentuk komunikasi antar pribadi dalam sebuah komunitas jaringan-komputer, yakni ketika lokus interaksi tatap muka digantikan oleh konteks komunikasi berbasis teks. Secara khusus, kajian difokuskan pada deskripsi mengenai bentuk presentasi diri dan desepsi dalam komunikasi chat pada sebuah channel Internet Relay Chat (IRC). Data dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan perekaman (logging) percakapan dalam chatroom IRC; observasi partisipan dalam chatroom selama empat minggu; wawancara informal terhadap tujuh orang partisipan chatroom yang berperan sebagai key informan; serta pengumpulan dokumen komunitas, baik dokumen cetak maupun dokumen on-line pada web-site channel. Hasil penelitian menggambarkan bahwa variasi bentuk presentasi diri dan desepsi pada para partisipan chatroom mengikuti variasi model komunikasi media-komputer yang digunakan. Selain itu variasi bentuk presentasi diri dan desepsi juga sangat bergantung kepada konteks kultur komunitas tempat partisipan yang bersangkutan membangun interaksi on-line.
           
      3.      Penerapan Terapi Realitas untuk Membantu Coping-Stress pada Wanita Pekerja Seksual dengan HIV Positif
Masalah penelitian:
a.      Bagaimana efektifitas terapi realitas dalam mengatasi stress pada wanita pekerja seksual yang mengidap HIV positif?
b.      Apa yang menjadi sumber stress pada wanita pekerja seksual yang mengidap HIV positif?
Terapi realitas yang digunakan dalam penelitian tersebut memiliki tujuan agar subjek  dapat menerima keadaannya dan tidak melakukan hal-hal yang dapat membahayakan diri serta dapat beradaptasi dengan kondisi kesehatnnya yang baru.
Terapi realitas yang aktif secara verbal ini, menurut penelitian tersebut membawa hasil positif bagi para subjek. Mereka kini memiliki pemahaman yang benar tentang infeksi HIV yang ada padanya, sehingga kekhawatiran dan ketakutan yang semula dirasakan sangat mengganggu kini menjadi berkurang meskipun belum hilang sama sekali.  Hasil lain yang tampak adalah kemampuan subjek untuk belajar mengambil keputusan berkaitan dengan hubungan interpersonal yang dijalaninya.
Salah satu sumber stress yang dihadapi subjek adalah rencana pernikahan. Berbagai macam bentuk respon timbul saat mereka mengetahui status kesehatannya, seperti depresi, gangguan mood, marah, berpikiran untuk bunuh diri dan lain sebagainya. 


Sumber:
http://eprints.undip.ac.id/10958/1/jurnal.pdf

http://library.gunadarma.ac.id/journal/files/4236/presentasi-diri-dan-desepsi-dalam-komunikasi-media-komputer-pada-pengguna-internet-relay-chat-sebuah-studi-etnografi.pdf

No comments:

Post a Comment