Review Jurnal-Jurnal
Well,,
berhubung dari semester sebelumnya sudah banyak tugas mengenai pembahasan
jurnal dan di semester ini saya akan lebih sering lagi membahas jurnal maka
kali ini saya akan me-review nya…. Membahas
jurnal sangat banyak manfaatnya, kita menjadi lebih terbuka mengenai pengetahuan
baru, bagaimana design diterapkan dalam penelitian dan yang menariknya jurnal
adalah ringkasan atau bentuk sederhana dari skripsi. Maka kita dengan membaca
ringkasannya diharapkan terlatih kepekaan kita untuk memprediksi bagaimana
skripsinya… Menarik kaaan.. makanya harus sering baca jurnal !!..
1. Seksualitas Remaja Autis pada Remaja Autis
Berdasarkan DSM IV (2000, h. 75),
gangguan autistik didefinisikan sebagai gangguan perkembangan dengan tiga ciri
utama, yaitu gangguan pada interaksi sosial, gangguan pada komunikasi, dan
keterbatasan minat serta kemampuan imajinasi, yang gejalanya mulai tampak
sebelum anak berusia tiga tahun.
Tujuan dari
penelitian ini adalah menggambarkan seksualitas remaja autis pada masa puber. Dalam penilitian
ini, pemahaman seksualitas yang digunakan peneliti yakni berupa perubahan
perilaku yang dipengaruhi oleh kognisi, dan perubahan afeksi atau emosional
yang berhubungan dengan dorongan maupun hasrat seksual.
Rumusan Masalah:
a. Bagaimanakah ekspresi seksual dan
perilaku seksual yang ditampakkan oleh remaja autis?
b.
Bagaimana peran orang tua, guru, dan terapis sebagai caregiver terkait dengan datangnya masa puber ?
c.
Bagaimana lingkungan atau masyarakat sekitar merespon perilaku seksual
yang ditampakkan remaja autis?
d.
Bagaimana pemberian pendidikan seksualitas remaja autis secara tepat ?
Jawaban dari masalah
yang dirumuskan:
a. Keterbatasan yang dimiliki individu
autis menyebabkan remaja autis sulit untuk memahami keinginan seksual dan
menunjukkan perilaku yang semakin memburuk seperti destructiveness dan lebih berperilaku agresif.
b.
Guru
dan terapis sebagai pengajar dan pendidik di sekolah memiliki peranan membantu
orangtua anak autis agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungan serta berperilaku secara tepat, namun peran guru
dan terapis tersebut kurang dipahami orangtua sehingga kurangnya pemberian
pengajaran ulang di rumah tentang pendidikan seksual dan kurang adanya
komunikasi tentang seksualitas yang terjalin antara orangtua dan remaja autis.
c.
Keterbatasan
yang dimiliki penyandang autis dan kurangnya pemahaman akan seksualitas pribadi
yang dimiliki remaja autis direspon oleh lingkungan atau masyarakat bahwa anak
autis mengalami penyimpangan perilaku seksual dan tidak memiliki rasa malu
karena dianggap tidak sesuai dengan perilaku yang normatif dalam masyarakat.
d. Perilaku memainkan alat kelamin atau
masturbasi yang cenderung dilakukan anak autis pada masa puber terjadi karena
kurangnya pemahaman atas impuls yang dirasakan dan cara melakukan kontrol
terhadap perilaku yang menyertainya. Rendahnya kemampuan kognitif dan usia
mental yang dimiliki anak autis bila dibandingkan dengan anak pada umumnya,
juga adanya stigma dalam masyarakat bahwa pembicaraan seksualitas cenderung
dianggap hal yang masih tabu karena mengarah ke hubungan seksual, membuat caregiver anak autis cenderung kurang memberikan
perhatian dalam pemberian kontrol perilaku terhadap dorongan seksual, tetapi caregiver cenderung lebih mengajarkan
perilaku yang normative dalam masyarakat. Padahal pengajaran dan pemberian
kontrol perilaku terhadap dorongan seksual merupakan sesuatu yang penting dan
patut untuk diperhatikan.
Dalam pembahasan
jurnal ini, dosen saya bertanya bagaimana cara observasinya ? dan apakah
penelitian ini melanggar kode etik atau tidak ? Untuk itu kita harus tahu
dahulu apa saja yang termasuk dalam kode
etik meneliti:
1.
Menghindari
perasaan menyakiti/tidak nyaman pada subjek secara fisik dan psikologis.
2.
Jika
kiranya terdapat hal yang akan mengganggu kenyamanan subjek maka lakukan deBrief
kepada subjek, yaitu penjelasan mengenai maksud dan tujuan peneliti.
3.
Menyampaikan
izin kepada subjek/orang tua subjek terkait pengambilan gambar dan perekaman
suara.
4.
Peneliti
tidak diperkenankan mempublikasi identitas subjek, kecuali diperbolehkan oleh
subjek itu pun harus menggunakan inisial.
2. Presentasi Diri dan Desepsi dalam Komunikasi Media Komputer Pada Pengguna
Internet Relay Chat
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
tentang bentuk komunikasi antar pribadi dalam sebuah komunitas
jaringan-komputer, yakni ketika lokus interaksi tatap muka digantikan oleh
konteks komunikasi berbasis teks. Secara khusus, kajian difokuskan pada
deskripsi mengenai bentuk presentasi diri dan desepsi dalam komunikasi chat
pada sebuah channel Internet Relay Chat (IRC). Data dalam penelitian ini
diperoleh dengan melakukan perekaman (logging) percakapan dalam chatroom IRC;
observasi partisipan dalam chatroom selama empat minggu; wawancara informal
terhadap tujuh orang partisipan chatroom yang berperan sebagai key informan;
serta pengumpulan dokumen komunitas, baik dokumen cetak maupun dokumen on-line
pada web-site channel. Hasil penelitian menggambarkan bahwa variasi bentuk presentasi
diri dan desepsi pada para partisipan chatroom mengikuti variasi model
komunikasi media-komputer yang digunakan. Selain itu variasi bentuk presentasi
diri dan desepsi juga sangat bergantung kepada konteks kultur komunitas tempat
partisipan yang bersangkutan membangun interaksi on-line.
3. Penerapan Terapi Realitas untuk Membantu Coping-Stress pada Wanita
Pekerja Seksual dengan HIV Positif
Masalah penelitian:
a. Bagaimana
efektifitas terapi realitas dalam mengatasi stress pada wanita pekerja seksual
yang mengidap HIV positif?
b. Apa yang menjadi sumber stress pada wanita pekerja
seksual yang mengidap HIV positif?
Terapi realitas yang digunakan dalam
penelitian tersebut memiliki tujuan agar subjek dapat menerima
keadaannya dan tidak melakukan hal-hal yang dapat membahayakan diri serta dapat
beradaptasi dengan kondisi kesehatnnya yang baru.
Terapi realitas yang aktif secara
verbal ini, menurut penelitian tersebut membawa hasil positif bagi para subjek.
Mereka kini memiliki pemahaman yang benar tentang infeksi HIV yang ada padanya,
sehingga kekhawatiran dan ketakutan yang semula dirasakan sangat mengganggu
kini menjadi berkurang meskipun belum hilang sama sekali. Hasil lain
yang tampak adalah kemampuan subjek untuk belajar mengambil keputusan berkaitan
dengan hubungan interpersonal yang dijalaninya.
Salah satu sumber stress yang
dihadapi subjek adalah rencana pernikahan. Berbagai macam bentuk respon timbul
saat mereka mengetahui status kesehatannya, seperti depresi, gangguan mood,
marah, berpikiran untuk bunuh diri dan lain sebagainya.
Sumber:
http://eprints.undip.ac.id/10958/1/jurnal.pdf
http://library.gunadarma.ac.id/journal/files/4236/presentasi-diri-dan-desepsi-dalam-komunikasi-media-komputer-pada-pengguna-internet-relay-chat-sebuah-studi-etnografi.pdf
No comments:
Post a Comment